Pages

Ads 468x60px

Featured Posts

Gunakan Helm Saat Mengendarai Motor!

Saya itu orang yang sangat rewel soal helm. Jika saya mengendarai motor, sedekat apapun jaraknya, saya selalu menggunakan helm. Saya juga sering memaksa orang lain untuk ikut menggunakan helm jika mau saya bonceng. Bukannya apa-apa, tapi saya pernah punya pengalaman selamat dari kecelakaan fatal karena menggunakan helm.

Sayangnya, kebanyakan orang nggak pernah ngerti soal fungsi helm. Dengan berbagai alasan, mereka menolak menggunakannya. Heran, apa harus kecelakaan dulu biar sadar? Nah, dari yang saya perhatikan, ada dua alasan utama mengapa orang-orang sering menolak menggunakan helm (emang ada alasan ketiga sih, tapi nggak usah dipeduliin, cumaorang gila yang ngasih alasan kayak gitu).

Alasan pertama, jaraknya deket, atau masih di dalam lingkungan komplek. Ini alasan paling umum, dan banyak yang memakluminya, termasuk polisi. Salah satu contohnya sering saya lihat di komplek rumah calon istri saya. Di Taman Kopo Indah (nama kompleknya), polisi nggak pernah menilang orang-orang yang nggak pake helm. Nggak peduli sebanyak apapun polisi yang ada di sana (kantor polisinya emang di dalem komplek), orang-orang tetep aja cuek berkeliaran naik motor tanpa helm. Toh polisinya juga diem aja.

Alasan kedua, nggak ada polisi. Nah kalo yang ini jelas alasan goblok. Saya selalu menganggap orang yang nggak pake helm saat naik motor karena alasan ini adalah orang yang bermental koruptor. Taat aturan hanya saat ada yang memantau. Pas nggak ada lagi yang mantau, langsung dilanggar. Kata-kata saya terlalu kasar? Yah, memang. Tapi saya nggak peduli kok. Buat apa saya peduli kepada orang yang bahkan nggak memedulikan keselamatan dirinya sendiri?

Kawan, yang namanya kecelakaan itu nggak peduli jarak, waktu atau lokasi. Nggak peduli ada polisi atau nggak. Musibah (kecelakaan) itu urusan Tuhan. Kita nggak bakalan tau kapan dan di mana terjadinya. Meski harus diakui, helm nggak bakal berguna jika harus berhadapan dengan takdir Tuhan, tapi nggak ada salahnya kan jaga-jaga?

Sebagai penutup, mari kita bermain logika soal helm ini....

Premis 1: Helm berfungsi sebagai pelindung kepala...
Premis 2: Di dalam kepala ada otak...
Kesimpulan: Orang yg nggak menggunakan helm berarti nggak punya otak, karena mereka merasa nggak ada yang harus dilindungi...

Baca Selengkapnya...

Curhat: Antara Freelancer dan Pernikahan

Saya pernah membaca di sebuah situs berita, saat ini tidak sedikit orang yang meninggalkan pekerjaan lamanya untuk merintis karier menjadi freelancer. Buat saya, ini merupakan fenomena yang agak mengherankan. Kok mau yah meninggalkan posisi tetapnya demi jadi pekerja lepas? Namun, meski heran, rasanya tetap bisa saya pahami.

Ya, saya memang paham. Soalnya, ada banyak keuntungan yang bisa didapat oleh seorang freelancer. Keuntungan yang tidak bisa didapatkan oleh kebanyakan profesi lain. Salah satunya, adanya fleksibilitas waktu dan tempat untuk menyelesaikan proyek pekerjaannya. Profesi ini terlihat begitu mudah dilakukan. Kita bisa jadi bos bagi diri sendiri, memiliki kebebasan untuk bekerja dengan cara apapun dari berbagai tempat.

Maka bukan hal yang aneh jika makin ke sini, jumlah freelancer makin banyak. Banyak pekerja kreatif maupun bidang lain yang memutuskan menjadi freelancer daripada terikat dalam satu perusahaan. Apalagi, peluang pekerjaan sebagai freelancer sangatlah besar, apalagi di zaman yang serba online ini. Tiap hari, ada ribuan orang yang membutuhkan freelancer. Mulai dari freelance untuk menulis, hingga untuk membuat desain. Nah, saya adalah salah satu orang yang memilih pekerjaan ini.

Biasanya saya mengambil tiga jenis freelance job: membuat desain, menulis, serta menjadi admin sosial media dan website. Mau bagaimana lagi, hanya ketiga hal itu yang sanggup saya lakukan. Itu pun tidak rutin saya kerjakan. Seringkali dalam sebulan, saya hanya mengerjakan satu di antaranya.

Pada dasarnya saya sangat menyukai pekerjaan ini. Masalahnya, masih banyak orang—termasuk orang tua saya— yang menganggap freelancer bukanlah suatu pekerjaan. Apalagi jika praktek freelance-nya dilakukan secara online, jelas bakal disebut pengangguran antisosial, yang kerjanya hanya terus mengurung diri di kamar.

Hal ini diperparah dengan penghasilan sebagai freelancer benar-benar fluktuatif. Tidak stabil. Kadang benar-benar makmur, dengan mendapat total penghasilan per bulan yang jauh lebih besar ketimbang manajer sebuah kantor sekalipun. Namun lebih sering berakhir tragis, mendapat penghasilan yang untuk hanya cukup untuk beberapa hari. Ujung-ujungnya, tabungan yang merupakan sisa-sisa kemakmuran di masa lalu harus dikuras. So tragic. The wheel of life is always spinning, eh?

Kondisi makin rumit, karena saya memiliki sebuah harapan untuk segera menikah. Harapan indah yang sangat mahal. Butuh biaya besar. Bukan hanya soal resepsinya (yang sebenarnya tidak pernah saya pikirkan), namun lebih ke soal kehidupan pascapernikahannya. Dengan penghasilan yang fluktuatif seperti sekarang, apakah nanti saya akan sanggup menghidupi istri?

Saya sering berpikir untuk tetap nekat menikah meski dengan kondisi seperti ini. Saya bahkan sudah memiliki beberapa alasan kuat. Jika ada yang bertanya "Mau ngasih makan apa? Makan cinta?", saya akan menjawab "Cinta memang tidak bisa dimakan. Tapi cinta bisa membuat saya lebih bertanggung jawab. Membuat saya lebih bertekad untuk bekerja keras agar bisa menghidupi orang yang sangat saya cintai".

Ah, benar-benar alasan gombal yang sangat keren, bukan?

Lagipula, bukankah rezeki sudah ada yang mengatur? Meski secara matematis penghasilan saya dan calon istri sangat minim, namun saya selalu yakin jika perhitungan matematis tidak akan sama dengan perhitungan Tuhan.

Sayangnya alasan saja—tak peduli sekeren apapun itu— tidak akan cukup untuk meyakinkan orang tua saya dan orang tua calon istri saya. Seperti kebanyakan orang yang berpikir secara konvensional lainnya, mereka menuntut saya memiliki penghasilan tetap. Tidak perlu berjumlah besar, yang penting penghasilan tetap yang cukup untuk biaya hidup berdua selama sebulan, serta jika bisa, ada sedikit sisa untuk menabung.

Tuntutan yang tidak terlalu muluk sebenarnya, tapi tetap saja sulit dijalankan. Penghasilan tetap hanya bisa didapatkan oleh pegawai. Bagi seorang freelancer (dan juga enterpreneur kecil-kecilan) seperti saya, penghasilan tetap hanyalah mimpi. Tiap bulan, penghasilan tak akan pernah sama.

Pada akhirnya, saya hanya bisa terus berusaha dan berdoa. Saya tak akan menyerah, bahkan meski saat ini saya hanya mampu sebatas membuat perencanaan. Saya tetap berharap target menikah di tanggal yang sudah ditentukan bisa tercapai.

Wait a minute... tanggal yang sudah ditentukan?

Ah, ya, tanggalnya memang sudah ditentukan. Hanya tinggal usaha untuk merealisaikannya....

Baca Selengkapnya...

Karakteristik Seseorang Saat Pemilu

Kartun Pemilu

Pengumuman hasil pemilu (mau pilwalkot, pilbup, pilgub, atau bahkan pilrw, whatever)...

Kalo calon yang didukungnya menang: "Yeah! Ini kemenangan rakyat! Rakyat udah pinter, nggak bakal bisa dibohongi!

Kalo calon yang didukungnya kalah: "Pasti ada kecurangan! Money politics! Siap-siap aja, kita bakal menderita dalam lima tahun ke depan!"

Ah... pemilu memang unik. Karakteristik seseorang bisa kita tebak dari reaksinya saat melihat hasil. Pendukung yang menang seringkali arogan, serasa dia yang paling benar.

Pendukung yang kalah seringkali ngamuk. Saking nggak nerimanya, dia sampe nuduh yang macem-macem. Di negeri ini, jarang sekali kita temukan pihak yang kalah menerima kekalahannya dengan lapang dada.

Lucunya pemilu di negeri ini....

Baca Selengkapnya...

Lembur

Dua orang pekerja di sebuah perusaan besar sedang bercakap-cakap. Saat itu, jam sudah menunjukkan pukul lima sore, saat bagi para pekerja pulang dari kantor. 

A: “Eh, lu mau langsung pulang? Nggak ikutan lembur?”

B: “Nggak ah. Gue males kalo harus pulang malem.”

A: “Males kenapa? Gue fine-fine aja tuh...”

B: “Gue kan nggak kuat kalo kena angin malem. Gue pasti demam kalo pulang malem-malem.”

A: “Kan tinggal pake jaket tebel ama minum obat antiangin aja, Bro. Sayang loh, duit lembur kan gede banget.”

B: “Gue tetep nggak mau. Mending nggak dapet banyak duit, daripada gue harus lembur, terus ujung-ujungnya sakit.”

A: “Mumpung masih muda, kita harus kerja keras, Bro. Nyari duit buat persediaan pas tua nanti. Sedikit ngorbanin kesehatan kan nggak terlalu masalah. Lebih baik kita bekerja sekeras mungkin di saat muda, biar nggak usah lagi bekerja keras di saat tua.”

B: “Ah... gue cuma nggak mau, saat muda ngorbanin kesehatan buat duit, terus pas tua malah ngabisin duit buat ngembaliin kesehatan yang udah dikorbanin pas masih muda.”

A: “...”

Baca Selengkapnya...

Enam Hal Menyebalkan Dalam Sebuah Blog

Berjalan-jalan ke sebuah blog (blogwalking) adalah sebuah kesenangan tersendiri. Tiap hari, saya sering melakukannya, baik itu kepada blog sahabat, atau ke blog lain yang ditemukan melalui Google. Yah, meski seringkali saya tidak pernah meninggalkan jejak (baik itu di kolom komentar atau di chatbox). Bukan tanpa ada sebab saya tidak pernah meninggalkan jejak. Jika meninggalkan jejak, otomatis si pemilik blog akan merasa “berkewajiban” untuk berkunjung balik ke blog saya.

Masalahnya, blog saya jarang apdet, dan saya merasa tidak enak karena itu. Bisa jadi pemilik blog (yang saya kunjungi itu) akan berpikir: “Ngapain ke blog ini? Isinya sama sekali nggak ada yang baru...” . Lagipula, saya bukan orang yang mengejar traffic atau semacamnya. Bloging hanya untuk kesenangan, bukan untuk cari pengunjung dan uang sebanyak-banyaknya. Simpel.

Namun, meski menurut saya blogwalking adalah sesuatu yang menyenangkan, ada beberapa hal menyebalkan yang sering saya alami saat melakukannya. Ada enam hal tepatnya. Apa saja? Inilah keenam hal menyebalkan dalam sebuah blog versi saya (sebut saja versi On The Crot mimpi-buruk.blogspot.com):

Pertama, musik. Cukup banyak orang yang memasang musik di blog-nya. Entah apa tujuannya. Sebagai hiburan? Ah, lalu apa gunanya media player semacam AIMP3, Winamp atau Foobar? Ataukah hanya sekadar gaya-gayaan? Sejujurnya, alih-alih gaya, memasang musik di blog justru sangat mengganggu.

Saya sering online sambil mendengarkan lagu. Saat jalan-jalan ke blog yang (ternyata) memasang lagu, apa yang terjadi? Suara lagu yang saya setel di media player, tabrakan dengan suara lagu dari blog. Mending kalo suka lagunya. Kalo nggak? Masa harus maksain denger?

Saya pernah menemukan blog yang memasang lagu... Belah Duren-nya Julia Perez. Whattafuck?! Nikah aja belum, udah dipaksa menghayati lagu yang isinya soal kenikmatan malam pertama. Halah....

Solusi: Saya memiliki tiga solusi terkait musik di blog. Solusi pertama adalah mematikan (mute) speaker komputer Anda. Jadi, musik macam apapun dijamin tidak akan terdengar. Namun, solusi ini tidak berguna jika Anda sering online sambil mendengarkan lagu dari media player seperti saya. Karena itu, solusi kedua adalah mencari sumber masalah musiknya. Coba cari gambar seperti ini:


Jika sudah, pencet simbol pause di sana, dan musik akan berhenti berbunyi. Anda malas mencari? Atau ternyata musik di blog tersebut tidak bisa di-pause, berbeda dengan gambar di atas? Tenang saja, masih ada solusi terakhir: Keluar dari blog tersebut. Close tab/windows.

Kedua, pop-up. Ada berbagai macam pop-up, mulai dari yang ucapan selamat datang, ajakan untuk like fanspage Facebook blog tersebut, atau malah iklan. Nah, yang menyebalkan sebenarnya bukan soal pop-up-nya, tapi soal ukurannya. Beberapa kali, saya pernah masuk ke blog yang memasang pop-up segede gaban. Sepertinya, po-up tersebut memang khusus di-setting untuk komputer yang memiliki resolusi 1024x768 ke atas. Masalahnya... saya adalah pengguna netbook, yang resolusi default-nya hanya 1024x600.

Dampaknya, saya tidak bisa memencet simbol “X” atau “Close”-nya, karena posisinya yang jauh di atas. Hal ini diperparah dengan format pop-up yang menggunakan tipe melayang, sehingga meski di-scroll, posisi pop-up-nya akan tetap sama. Contoh pop-up:


Ini adalah pop-up di blog-nya Anne Ahira. Blog yang bagus, sayang (dulu) pop-up-nya segede gaban. Menutup layar. Namun, syukurlah, terakhir saya berkunjung ke sana beberapa hari yang lalu, ukuran pop-up-nya sudah diperkecil. Setidaknya, simbol (X)-nya jadi terlihat, dan bisa diklik. Banyak yang komplen kali yah? :D

Solusi: Bagi Anda yang senasib seperti saya, yang menggunakan netbook dengan resolusi maksimal 1024x600, ada satu solusi menghadapi masalah macam ini, yaitu mengubah resolusi ke ukuran yang lebih besar. Namun sejujurnya, caranya sangat repot, harus mengubah dulu registry Windows. Caranya, silakan cari di Om Gugel. Jika tidak mau repot, terpaksa menggunakan cara terakhir, yang sama dengan solusi musik di blog: Keluar dari blog tersebut. Close tab/windows.

Ketiga, tidak bisa diblok. Sebenarnya, tidak seluruh blog yang tidak bisa diblok itu menyebalkan (blog saya juga tidak bisa diblok). Jika isi blognya berupa curhat, tutorial sederhana, atau semacamnya, tidak bisa diblok bukanlah sebuah masalah. Toh memang tidak ada yang perlu di-copy (karena tujuan utama tidak bisa diblok adalah agar tidak bisa di-copy). Nah, yang jadi masalah adalah jika blog tersebut berisi tutorial rumit yang sangat sulit dihapal dan dipahami. Misal, tutorial Flash. Saat membuat Flash (terutama game), ada script yang harus dipasang agar game Flash tersebut berjalan. Contoh script -nya:
Script:
Tidak semua orang bisa menghapal script sepanjang itu. Memang, ada acuan tersendiri agar script tersebut mudah dipahami atau dihapal. Namun, itu tentu hanya berlaku bagi yang memang sudah cukup menguasai Flash. Hanya saja, bagaimana dengan orang awam yang baru belajar? Benar-benar sebuah kekonyolan jika ada blog yang berbagi script tersebut, namun tidak bisa diblok dan di-copy.

Solusi: Keluar dari blog tersebut. Close tab/windows. Cari blog lain yang lebih “ikhlas” memberi tutorial.

Keempat, tidak bisa klik kanan. Sama seperti blog yang unblockable, blog yang menerapkan anti-klik kanan biasanya karena memang tidak mau di-copy. Bahkan, bagi saya yang terbiasa klik kanan buat open link in new tab pun, hal ini tidak terlalu masalah. Namun, hal ini jadi menyebalkan, saat mencoba klik kanan, kemudian muncul pop-up. Mending jika pop-up-nya berisi kata-kata sopan seperti “Maaf, tidak bisa di-copy” atau semacamnya. Meski tujuan saya adalah untuk open link in new tab (bukan untuk copy isi blog), namun setidaknya kata-kata masih wajar. Nah, yang bikin sakit hati, saya pernah berkunjung ke blog teman yang tidak bisa klik kanan dan muncul pop-up. Tulisan pop-up-nya... “Stop! Jangan mencuri artikelku!”. Astaga, siapa yang mau mencuri? Asli bikin sakit hati.

Solusi: Untuk membuka link di tab baru, arahkan mouse pada link tersebut, kemudian klik scroll (pada mouse). Itu akan langsung membuka link pada tab baru. Namun, jika kalian punya kebiasaan seperti saya (buka link di tab baru pake klik kanan), dan kebeneran bertemu blog yang pop-up-nya menyebalkan seperti yang saya ceritakan di atas, yah sabar aja. Jangan gara-gara marah baca pop-up tersebut, terus laptop-nya dibanting. Sayang, mahal. :P

Kelima, iklan (adsense). Iklan dalam sebuah blog adalah sumber penghasilan yang menggiurkan bagi seorang bloger. Jadi wajar jika ada blog yang di dalamnya banyak iklan. Sayangnya, dalam beberapa kasus, iklan yang dipajang justru membuat sebuah blog yang bagus jadi tampak murahan. Anda pernah berkunjung ke sebuah blog atau situs, kemudian melihat ada iklan judi, atau bahkan obat kuat dan alat pembesar kelamin? Seringkali, banner-banner iklan tersebut memuat gambar yang menjurus ke arah pornografi. Terlalu vulgar. Nah, iklan seperti itulah yang bisa membuat sebuah blog yang bagus jadi tampak murahan.

Solusi: Pasang adblock di browser Anda. Meski terkadang adblock sering menimbulkan masalah (contoh pengalaman pribadi, jadi tidak bisa membuka beberapa chatbox yang menggunakan jenis hidden/tersembunyi), namun adblock benar-benar efektif menghilangkan iklan-iklan vulgar dari pandangan mata.

Keenam, ad-short URL. Sama seperti adsense, ad-short URL (seperti adf.ly atau linkbucks) juga salah satu cara menghasilkan uang dari blog. Biasanya ini dipasang di link-link download. Wajar sebenarnya, anggap saja kita sedikit berterima kasih dengan mengklik ad-short URL tersebut, karena si pemilik blog sudah mau berbagi link download. Namun, ada dua hal menyebalkan terkait ad-short URL ini:

1. Meski tidak mengklik apapun, suatu blog auto redirect ke ad-short URL. Jadi, hanya untuk melihat atau membaca blog itu saja, kita dipaksa untuk terlebih dulu “membayar” si pemilik blog melalui ad-short URL-nya. Sial. Ibarat kita datang ke pasar. Kita hanya melihat-lihat daging ayam saja, namun harus membayar. Membayar saat membeli, okelah. Itu memang wajib. Tapi membayar hanya untuk melihat daging? Oh, itu sudah keterlaluan. Emangnya sirkus?

2. Setelah mengklik ad-short URL, ternyata yang muncul bukan link download-nya, tapi... ad-short URL lagi. Kemarin-kemarin, ceritanya saya Googling, mencari WinRar. Di suatu blog, saya diarahkan ke sebuah link untuk mendownload. Seperti yang saya duga, ternyata link-nya diarahkan dulu ke adf.ly. Okelah, nggak masalah. Namun, setelah diklik, yang muncul bukan situs-situs penyimpan file macam Mediafire, Ziddu atau Indowebster. Setelah saya klik adf.ly tersebut, yang muncul adalah linkbucks! Astaga....

Nah, kedua masalah ad-short URL tersebut, saya nobatkan sebagai hal PALING menyebalkan dalam sebuah blog versi On The Crot Mimpi-Buruk. Alasannya, karena terdapat unsur pemaksaan (untuk kasus pertama) dan keserakahan (untuk kasus kedua).

Solusi: Close tab/windows. Cari blog lain yang lebih “ikhlas” berbagi.

***

Demikian On The Crot edisi pertama. Kapan-kapan saya lanjutkan lagi dengan kategori lainnya. Tapi itupun kalo saya ingat dan niat untuk menuliskannya....



Baca Selengkapnya...